Al Qiyadah Mengapa Salah?

Saturday, May 3, 2008

Al Qiyadah atau tepat Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Satu aliran baru agama Islam yang beberapa pekan terakhir ramai dibicarakan dan menyedot perhatian masyarakat.

Kehadirannya mengusik kekhusukan beribadah umat muslim di tanah air. Karena ajarannya menyimpang dari akidah dasar umat Islam. Salah satunya mengubah kalimat syahadat. Mengapa aliran ini bisa lahir ?

Al-Qiyadah Al-Islamiyah ajaran agama Islam baru yang dibawa Ahmad Musaddeq ini telah membuat masyarakat muslim di tanah air menjadi gerah. Beberapa prinsip aqidah dasar Islam ia ubah. Salah satunya kalimat syahadat. Ia pun dengan terang terangan mengaku sebagai rasul terakhir setelah Muhammad.

Kepada seluruh pengikutnya yang menurutnya telah mencapai sekitar 50 ribu, ia tidak mewajibkan sholat 5 waktu, puasa di bulan ramadhan dan haji ke tanah suci.

Karuan saja, ia dan kelompoknya menuai hujatan. Adalah MUI ( Majelis Ulama Indonesia ) yang pertama kali bereaksi. Dengan menetapkan ajaran Musaddeq sebagai ajaran sesat dan membahayakan. Menyusul keputusan MUI ini sekelompok masyarakat mengambil langkah sendiri, menyatroni rumah-rumah pengikutnya sampai pada ancaman akan membunuhnya.

Guncangan masyarakat di tanah air oleh hal-hal yang berbau agama bukan kali ini terjadi. Sebelumnya juga pernah ada yang mengaku-ngaku sebagai rasul bahkan malaikat. Terakhir, masyarakat belum bisa melupakan nama Lia Aminuddin yang Desember 2005 lalu muncul dengan ajaran Salamullah. Wanita beranak 4 yang kemudian dikenal sebutan Lia Eden ini mengaku sebagai Jibril dan diutus Tuhan sebagai juru selamat.

Sepak terjangnya menyebarkan keyakinan menimbulkan keresahan. Bukan saja cap sebagai Jibril palsu yang dilekatkan padanya, ia dan pengikutnya akhirnya harus berurusan dengan polisi. Di persidangan, ia divonis 2 tahun penjara dianggap bersalah melakukan penistaan terhadap agama. Dua pekan lalu ia bebas dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.

Kelompok Ahmadiyah boleh jadi yang paling sering menuai reakasi keras kalangan muslim di tanah air. Beberapa kali terjadi sekelompok ormas Islam menyatroni kelompok ini. Tempat-tempat mereka beribadah dihancurkan.

Tidak hanya di Jakarta dibeberapa daerah juga terjadi. Tapi aliran agama sempalan tidak monopoli Islam. Dua tahun sebelum kemunculan Lia Eden masyarakat di tanah air digemparkan munculnya kelompok yang menamakan dirinya Jemaah Pondok Nabi yang membawa kabar akan datangnya hari kiamat.

Sama seperti Lia Eden dan Ahmadiyah, kelompok yang dipimpin Pendeta Mangapin Sibuea inipun akhirnya mendapat tentangan keras masyarakat.

Melihat reaksi yang muncul tampak masyarakat kita sangat sensitif terhadap hal-hal seperti ini. Disisi lain, krisis keteladanan para tokoh dianggap pemicu munculnya aliran-aliran baru yang menawarkan kehidupan lebih dengan pendekatan keyakinan.

Bukan tidak mungkin, munculnya aliran-aliran baru seperti ini akan terus bermunculan dan tentu saja menuai reaksi keras masyarakat.

Kehadiran Al Qiyadah Al Islamiyah pada akhirnya mengarah pada kemunculan satu nama. Muhammad Mussaddeq alias Abu Salam. Dialah otak sekaligus tokoh centralnya.

Sebelum soal Al Qiyadah ini mencuat nyaris tidak ada masyarakat yang mengenal laki-laki bernama Muhammad Musaddeq ini. Ada kabar, sebelumnya ia pernah menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Olahraga Pemda DKI Jakarta. Ia bahkan pernah aktif di PBSI Induk Organisasi Bulutangkis se Indonesia.

Beberapa informasi menyebut, sejak masih menjadi PNS, ia memang menekuni bidang agama dan gemar berdiskusi. Sampai akhirnya pensiun dan menghilang dari peredaran. Belakangan diketahui ia menyepi disebuah tempat di Bogor. Disitulah, menurut laki-laki ini disebuah vila dikawasan Gunungsari, ia menerima wahyu dan menjadi awal jalan kenabiannya.

Menurut laki-laki ini, dalam persemediannya ia mendapatkan bisikan sekaligus jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besarnya. Ia pun merasa mendapat anugerah sebagai manusia terbaik pilihan Tuhan.

Musaddeq mengambarkan pengalaman spiritualnya persis dengan pengalaman yang dialami Nabi Muhammad, baik dalam proses kenabian, sampai diputuskan Tuhan menjadi rasul.

Karena itu menurutnya, saat ini dunia masih pada fase makiah. Fase penanaman keimanan dan akan ada dua fase lain, fase hijriah dan jihad. Karena itu menurutnya, saat ini perintah sholat 5 waktu belum diturunkan. Begitupun perintah melaksanakan puasa dan haji.

Pemikiran-pemikiran inilah yang akhirnya ia tetapkan sebagai ajaran yang kemudian ia sebarkan kepada pengikutnya. Banyak dari kalangan pemuda yang tertarik mengikuti ajarannya. Walau jelas-jelas telah menyimpang dari aqidah dasar Islam. Keresahkan makin terasa menyusul banyaknya kalangan orangtua yang mengaku kehilangan anaknya.

Sebagian masyarakat memang mengambil langkah sendiri. Hal itu pula yang mungkin bisa menjadi sebab Musaddeq akhirnya memutuskan menyerahkan diri ke polisi.

Seperti aliran-aliran sempalan lain yang pernah muncul dan meresahkan masyarkat Al Qiyadah Al Islamiyah akhirnya harus berurusan dengan hukum. Tuntutan dan kecaman masyarakat muslim di tanah air menjadi dasar terutama bagi aparat kepolisian dan Kejaksaan Agung untuk bertindak. Tapi bagi kelompok berpandangan liberal, kehadiran aliran sempalan ini jadi batu ujian penerapan prinsip kebebasan beragama di negara hukum seperti Indonesia.

Keputusan Mussadeq menyerahkan diri seakan menjadi klimak gonjang-ganjing masyarakat perihal kemunculan aliran Al Qiyadah. Kapolda berharap dengan demikian masyarakat menjadi tenang dan menghentikan segala bentuk tindakan yang mengarah pada main hakim sendiri kepada anggota kelompok ini.

Tapi di lapisan masyarakat, terutama di kelompok Islam garis keras kabar Musaddeq telah ditangani polisi bak penegas bahwa kelompok ini memang patut dianggap bersalah.

Mereka mendesakan tuntutan agar laki-laki itu dan pengikutinya diadili dan ditindak tegas sesuai kadar kesalahan yang telah diperbuatnya. Menistakan keyakinan yang mereka anut.

Ya, masyarakat yang sudah terlanjur tersinggung dengan akidah yang ditawarkan Musaddeq tampak tak bisa menahan diri, bertindak berdasarkan apa yang mereka yakini sebagai bagian dari jihad tertindak melawan kemungkaran.

Disejumlah daerah, situasi itu membuat para pengikut Mussadeq merasa terancam dan beramai-ramai mencari perlindungan. Di Jawa Tengah, belasan pengikut Al Qiyadah mendatangi Mapolwiltabes Semarang dan menyerahkan daftar anggota serta buku pedoman ajaran mereka.

Demikian pula di Solo, sebanyak 17 orang pengikutnya mendatangi Mapolwil Surakarta. Di Sleman, Yogyakarta, tindakan serupa dilakukan 40 orang yang mayoritas berstatus mahasiswa.Di Sinjai, Sulawesi Selatan, 3 orang siswa SMA Negeri 1 diberhentikan dari sekolahnya. Tindakan serupa juga dilakukan di salah satu sekolah di Tegal, Jawa Tengah dengan memberhentikan 2 orang siswanya.

Melihat semua ini, riwayat kenabian Musaddeq dengan hal qiadayahnya tampaknya tak akan berbeda jauh nasibnya dengan kisah mereka yang pernah mengaku sebagai nabi di negeri ini. Dicerca, diancam dan ujung-ujungnya berurusan dengan hukum, karena dianggap meresahkan masyarakat.

Apalagi Rabu, 5 hari lalu, pemerintah melalui Kejaksaan Agung resmi menetapkannya sebagai aliran sesat. Kemelut ini agaknya mencapai klimak. Jumat, tiga hari lalu bertempat lantai 2 Direktorat Kriminal Umum Mapolda Metro Jaya, Musaddeq membuat pernyataan tobat dan mengakui kekhilafannya. Agaknya inilah akhir kisah sang Musaddeq dan semoga menjadi pelajaran bagi yang lain. (Sup)

0 komentar:

Design of Open Media | To Blogger by Blog and Web